Senin, 25 Agustus 2008

Nikmatnya Bercinta dengan Adik Majikanku

Namaku Nilam, kepanjangannya Nilam Kinasih, aku bekerja di Jakarta sebagai 
seorang pembantu rumah tangga merangkap baby-sitter. Majikanku sepasang 
suami-istri yang baru punya satu anak yang masih bayi. Tinggal bersama mereka 
adalah adik mereka yang sudah lulus kuliah dan mulai bekerja, namanya Wibowo. 
Aku memanggilnya Mas Bowo.  
 
Saat ini majikanku dengan bayinya sedang pergi ke Singapura, tentu saja aku tidak 
diajak, aku sendirian di rumah. Ketika hari senja, Mas Bowo pulang dari kerja 
dengan motornya. Mas Bowo baik sekali padaku, sangat sopan dan ramah. 
 
Semenjak kami tinggal berdua saja, setiap pulang kerja Mas Bowo selalu 
membawakan oleh-oleh berupa jajanan dan diberikan kepadaku. Ya pisang goreng, 
ya martabak manis, ya kue donat, tiap hari selalu berbeda.  
 
"Mbak Nilam, ini untuk mbak..." kata Mas Bowo sambil tersenyum manis. "Terima 
kasih Mas..., kok tiap hari dibawain oleh-oleh?", aku tersipu malu... "Kasihan sama 
mbak, pagi sampai sore kan sendirian di rumah.", Mas Bowo meraih handuknya dan 
pergi mandi. 
Ketika sudah jam 7 malam selesai makan, kami berdua duduk di ruang keluarga 
sambil nonton sinetron di TV. Jam 10 malam, Mas Bowo masuk kamarnya dan tidur. 
Ini telah berlangsung 2 hari.... Aku semakin tertarik atau mungkin sudah "jatuh 
cinta" kepada kebaikan dan kelembutan Mas Bowo. 
Di malam ketiga, Mas Bowo mulai menunjukkan kasih sayangnya kepadaku. Dia 
duduk dekat di sampingku, hatiku berdebar kencang, dia memegang tanganku 
dengan lembut. 
"Mbak Nilam, aku jatuh cinta sama kamu, kamu begitu cantik, halus dan sopan 
kepadaku." Wajahku merah padam, aku tertunduk malu.. 
"Mas Bowo, saya nggak berani menerima cinta Mas, saya perempuan desa..." 
Dia duduk semakin rapat denganku, diraihnya daguku, dipeluknya aku dan 
diciumnya bibirku. Aku tak bisa menolak pelukan dan ciumannya yang mesra. Cuma 
berlangsung sebentar, mungkin 3 menit.... Tapi telah membuatku mabuk kepayang. 
"Terima kasih ya mbak..., telah menyambut ciuman kasih sayangku", bisiknya 
lembut... 
Aku tersipu-sipu... tak kuasa mengucapkan sepatah katapun. Cuma anggukan yang 
sangat kikuk... 
"Nilam takut?" tanyanya lagi. 
"Ya Mas, mana mungkin Nilam bisa membalas cinta Mas yang begitu anggun?" 
"Jangan bilang begitu, kita kan sama-sama manusia, tidak ada kasta-kastaan... 
masa' nggak boleh saling jatuh cinta?" 
"Mas, Nilam mau tidur dulu...", aku segera bangkit dan beranjak ke kamarku, Mas 

Bowo ikut berdiri dan menggandeng tanganku, ikut aku masuk ke kamarku. Di 
depan pintu kamarku, ia mendekapku lagi dan mencium bibirku. Kali ini lebih 
"panas" dari yang pertama, lumatannya seperti hendak menelan seluruh mulutku, 
lidahnya dimainkannya di bawah langit-langit mulutku, membuat darah mudaku 
mendesir ke seluruh ujung-ujung sarafku. 
Dia merangkulkan tangan kirinya di leherku, dan aku merangkulkan kedua tanganku 
  di pinggangnya. 
Kali ini bibirnya mulai lepas dari bibirku dan menjelajahi leherku dan belakang 
telingaku, sehingga membuatku semakin "lupa daratan". Aku mulai mendesah 
manja. Dia tetap sopan dan tidak meraba-raba ke bagian tubuhku yang lebih 
sensitif...  
"Nilam, aku cinta sama kamu," bisiknya di daun telingaku.... 
"Mas Bowo, Nilam juga sayang sama Mas...." 
Dia mulai menggiringku ke pinggir tempat tidurku, dan aku mulai pasrah saja... 
sambil tangannya meraih skaklar lampu kamarku untuk memadamkannya. 
Dalam keadaan gelap, aku semakin tidak kuasa menahan diri... ingin rasanya aku 
serahkan jiwa ragaku kepada Mas Bowo malam ini, sebagai bukti kecintaanku 
padanya... 
Nafasku makin memburu, desahanku semakin menjadi-jadi. Ini sudah berlangsung 
hampir setengah jam, celana dalamku mulai terasa agak basah, seluruh rangsangan 
sudah mulai memuncak di sekujur tubuhku.  
 
Mas Bowo mulai menyentuh buah dadaku yang masih terbungkus beha.. 
sentuhannya begitu lembut, tapi membuatku seperti melayang-layang... Dia terus 
melumat bibirku dengan lemah lembut.... Kini ia mulai meremas buah dadaku yang 
kiri dari luar dasterku, hatiku makin berdebar-debar keras, darahku makin 
mendesir... "Mas, pelan-pelaaaann..." aku mulai mendesah lemah... 
 
Tangan kanannya mulai menggerayangi punggungku dari bawah pakaianku, dia 
seperti mencari kaitan beha-ku, dan benar... dia sudah mendapatkannya dan 
melepas kaitannya. Segera tangannya membuka retsliting belakang dasterku sampai 
ke bawah dan mulai melepas dasterku. Aku hanya memakai celana dalam sekarang, 
diremasnya kedua buah dadaku yang kanan dengan irama teratur dan mengkilik 
buah dadaku yang kiri dengan jempol dan telunjuknya... 
 
"Maaaassss, Nilam nggak tahaaaan.." Dilepasnya kilikannya dan kini dia memelukku 
erat sambil tangannya membelai rambutku yang panjang terurai... Menenangkan 
jiwaku yang bergejolak bagai deburan ombak.. 
"Mas Bowo sayang Nilam, Nilam sayang Mas Bowo nggak?", dibisikkannya kata-kata 
indah di telingaku... Aku mengangguk spontan.. 
 
Hatiku benar-benar terpaut kepada Mas Bowo, dalam sepanjang hidupku, aku belum 
pernah merasakan kasih sayang yang begitu lemah lembut dari seorang laki-laki... 
Mas Bowo mulai membuka seluruh pakaiannya, dan kini ia dalam keadaaan 
telanjang bulat, tapi aku tak berani melihat kemaluannya, aku merasa sangat 
malu... Sekarang ia tengkurap di atas tubuhku, kurasakan tonjolan kemaluannya 
yang menempel di luar celana dalamku begitu besar dan betapa kerasnya. 
"Nilam mau pegang 'burung' Mas Bowo?" tanyanya. 
"Malu, ah Mas.... Nilam belum pernah..." 
Tanpa bertanya lagi, ia membimbing tanganku dan membawanya pada 
kemaluannya, dimintanya aku menggenggam kemaluannya tanpa aku berani 
melihatnya. Astaga! Besarnya dan panjangnyaaaa, mungkin ada 17 cm.... 

Ia mulai menurunkan celana dalamku dan ditanggalkannya, sekarang kami sama-
sama telanjang bulat.... Mas Bowo kembali mengulum puting buah dadaku, puas di 
kiri pindah ke kanan, kiri lagi, pindah kanan lagi, sambil jari-jari tangannya 
menyentuh lubang kemaluanku yang sudah mulai becek... Aduuuh, nikmat sekali 
rasanya.... 
 
Kepala Mas Bowo kini mulai pindah ke bawah, menciumi pusarku, dan terus turun ke 
bawah, tepat di depan kemaluanku, kepalanya berhenti, kini lidahnya dijulurkannya, 
dan mulai menjilati kemaluanku, mulai dari bibir kemaluanku, terus makin ke 
dalam... Sampai kini di ujung itilku, disapu-sapukannya ujung lidahnya ke ujung 
  itilku....
"Aaaaaaahhhh...", aku meronta kenikmatan..... Halus nian kilikannya pada itilku, 
tapi stabil dan terus-menerus. Aku mulai menggelinjang.... Kuangkat pinggulku, tak 
kuat menahan geliiii dan rangsangannya yang sangat kuat..... 
"Aaaaaaahhh......" desahanku semakin keras, "aduuuh Mas, Nilam rasanya pengen 
kenciiiiing", dia tidak menjawab dan terus melakuan sapuan yang semakin mantap 
pada itilku.... Saking tak tahannya, aku lepaskan air kemaluanku, tapi sangat 
berbeda dengan kencing, karena ini menimbulkan kenikmatan pada sekujur 
tubuhku, kukejangkan seluruh tubuhku, dan segera mas Bowo memeluk tubuhku 
lagi..... 
"Enak, sayang?", tanyanya... Aku tak sanggup menggambarkan rasa nikmat yang 
sangat dahsyat itu.... "Enaaaaak Maaaaassss....", itu saja komentarku.... 
 
Sekarang Mas Bowo mulai mengangkangkan kedua kakiku dengan kakinya, dan 
perlahan-lahan dituntunnya kemaluannya yang masih keras mendekati pintu lubang 
kemaluanku.... Aku makin pasrah saja, karena aku masih merasakan kenikmatan 
yang memuncak tadi.... Kepala kemaluannya mulai sedikit memasuki kemaluanku, 
aku berpikir sejenak, apa bisa masuk? Apa cukup lubang sekecil kemaluanku 
dimasuki batang kemaluannya yang begitu panjang dan besar? 
 
"Mas Bowo akan masukkan pelan-pelan, supaya Nilam tidak kesakitan... Kalau agak 
sakit, Nilam bilang ya.. Mas akan sabar memasukkannya sedikit-sedikit.  
Kenikmatannya bisa 10 kali lipat dari kenikmatan yang baru saja Nilam rasakan 
tadi...", demikian janji Mas Bowo... 
"Kita pindah ke kamarku aja ya Nilam sayang? Di sana sejuk ada AC-nya. Nilam mau 
kan?" tanya mas Bowo kekasihku... 
 
Segera diangkatnya aku dengan kedua tangannya dan dibawanya masuk ke 
kamarnya yang sejuk ber-AC, bibirku tetap dikulumnya dengan kuat.. 
Direbahkannya aku di tempat tidurnya, dirangsangnya aku lagi melalui ciuman pada 
bibir, leher, belakang telinga, puting buahdada kiri dan kanan...  
 
Kemaluanku sudah mulai basah lagi. Dikangkangkannya sekali lagi kedua kakiku, 
dan tanpa ragu-ragu ia mulai memasukkan batang kemaluannya sedikit demi sedikit 
ke lubang kemaluanku.... Aku siap menerima persetubuhan ini dengan penuh cinta 
kepadanya. Makin dalam dan makin dalam, makin hangat dan makin hangat, makin 
dalam dan makin dalam lagi, sangat hati-hati dan perlahan-lahan.... sampai semua 
batang kemaluannya kandas ke dalam lubang kemaluanku. Ia mengambil bantal dan 
mengganjalkannya pada bokongku, terasa tusukan batang kemaluannya masuk lebih 
dalam lagi..... 
"Gimama Nilam sayang? Sakit?" tanyanya lembut penuh kasih sayang... 

"Enak Massss", jawabku manja.... 
Kini ia mulai memaju-mundurkan kemaluannya, aduuuh... gesekannya menimbulkan 
rangsangan yang sangat dahsyat pada dinding dalam lubang kemaluanku... ada rasa 
geli, ada rasa nyeri, ada rasa nikmat, ada rasa yang sangat memabukkanku... 
Semakin lama, kecepatannya semakin bertambah, semakin cepat semakin 
menimbulkan rangsangan nikmat... aku sudah mulai hampir mencapai puncak lagi... 
Makin lama makin nikmat, makan lama makin enaaaaakkkkk..... 
"Maaaaasssss, ennaaaaaaakkkkkk.... Nilam mau keluar lagi...." 
"Sebentar lagi ya sayang... Mas juga sudah hampir sampai..."  
Nafasku semakin tak keruan, Mas Bowo semakin mempercepat keluar masuk 
kemaluannya pada lubang kenikmatanku... 
"Massss, Nilam keluar lagiiiiii....." kali ini benar-benar 10 kali lebih nikmat dari 
sebelumnya... 
Mas Bowo memasukkan kemaluannya lebih dalam, dan terasa ada semburan keras 
di dalam lubang kemaluanku.... crooot, croooot, croooot.... dan "Aaaaah, aaaahhh, 
aaaaahhhhh", segera mas Bowo ambruk di atas tubuhku....... 
 
Ia belum juga mencabut batang kemaluannya dari lubangku... Perlahan-lahan nafas 
kami berdua mulai berangsur-angsur teratur. Mas bowo kembali memelukku, 
membelai lembut rambutku, menciumi bibir, kening dan kedua pipiku.... 
 
"Puas, sayang?" tanyanya sopan dan lembut... Aku mengangguk manja... 
Kini ia mulai mencabut batang kemaluannya. Malam itu, aku tertidur di kamar Mas 
Bowo, Mas Bowo menyelimutiku dengan penuh kasih sayang, memeluk tubuhku dan 

  ia tertidur pula. Kami berdua tidur lelap tanpa berbusana....*** 

Tidak ada komentar: