Sabtu, 30 Agustus 2008

Oleh-oleh dari desa

Cerita ini adalah pengalaman dari seorang teman dekatku yang terjadi sekitar 5 
bulan yang lalu. Aku sedikit bingung menulis cerita ini karena biasanya aku 
menceritakan pengalamanku, tapi kali ini aku harus menceritakan pengalaman 
temanku. Oke, tanpa banyak bicara lagi, kumulai cerita yang kuberi judul 
"Petualangan Berlibur Ke Desa". 
Lima bulan yang lalu, Jeff temanku mengajakku sedikit refreshing ke sebuah desa 
yang kebetulan adalah tempat Jeff bermain waktu kecil. Ayah Jeff seorang 
pengusaha kaya yang sedikit memperhatikan soal alam bebas, karenanya dia 
membeli ribuan hektar tanah yang kemudian dijadikannya hutan karet. Bisnis sambil 
memelihara alam liar, katanya. 
Jeff biasa berlibur ke hutan karet ayahnya dan dia biasa menginap di sebuah rumah 
yang terlihat begitu mewah kalau dibandingkan rumah-rumah penduduk di 
sekitarnya. Meski terkesan ada sedikit kesenjangan, tapi penduduk desa itu sama 
sekali tidak menaruh kebencian atau iri hati pada keluarga Jeff karena keluarga itu 
cukup dermawan, bahkan ayah Jeff hanya mengambil keuntungan 25% dari hasil 
hutan karetnya, dan sisanya dibagikan pada penduduk yang ikut mengusahakan 
hutan karet itu. 
Oke, cukup perkenalannya. Aku sendiri menyesal karena tidak bisa ikut dengan Jeff 
karena ada sedikit keperluan dengan keluargaku. Tapi aku berjanji akan menyusul 
kalau ada waktu. Jeff sedikit kecewa tapi dia tetap pergi ke desa itu, sebut saja Desa 
Sukasari. 
Hari-hari pertama dilalui Jeff dengan bermalas-malasan di rumahnya sambil 
menikmati udara segar pedesaan yang sangat jarang ditemuinya di Bandung. Baru 
pada hari kelima Jeff keluar dari rumah, diantar oleh seorang bujangnya Jeff 
berjalan-jalan melihat-lihat sekeliling desa itu. Dia berhenti ketika dilihatnya seorang 
gadis, mungkin beberapa tahun lebih muda darinya sedang menyapu di 
pekarangannya. 
Rambutnya yang hitam terurai menutupi punggungnya. Kulitnya yang hitam manis 
mengkilat karena keringat yang tertimpa sinar mentari. Jeff tertegun, baru kali ini 
dilihatnya gadis desa yang begitu cantik. Bujangnya tahu kalau Jeff memperhatikan 
gadis itu, karena itu dia mengatakan kalau gadis itu adalah anak salah seorang 
pekerja ayahnya. Umurnya sekitar 17 tahun, dan kini ayahnya sudah tiada. Dia 
tinggal dengan ibunya dan sering membantu mencari nafkah dengan mencucikan 
pakaian orang-orang desa yang lebih mampu. 
Jeff merasa iba, tapi rasa ibanya langsung hilang berganti rasa tertarik ketika 
dipikirnya kalau gadis itu pasti memerlukan uang untuk biaya hidupnya. Kemudian 
berubah lagi perasaannya menjadi keinginan untuk mendekatinya ketika dilihatnya 
kalau gadis itu cukup cantik dan manis. Tapi rasa ingin mendekati itu berubah 
seketika ketika dilihatnya dada gadis itu yang agak terlalu besar untuk anak 
seusianya. 
Segera saja setan bersarang di kepala Jeff. Dia mengeluarkan dompetnya, 
mengambil selembar uang bergambar Pak Harto dan menyuruh bujangnya 
memberikan uang itu pada gadis itu untuk mencuci bajunya. Bujangnya tidak 
menaruh curiga, dia segera memberikan uang itu pada gadis itu, dan tidak lama 
kemudian gadis itu mengikutinya mendekati Jeff. Jeff menyuruh bujangnya pulang, 
sedangkan dia melanjutkan jalannya bersama gadis itu. Ditengoknya arloji di 
tangannya, baru pukul 4:00 sore, karena itu Jeff mengulur waktu. Setidaknya pukul 
5:00 sore akan dilaksanakan rencananya. 
Dia bertanya dimana sungai yang airnya bening dan bisa dipakai mandi. Gadis itu 
mengantarkan Jeff ke sana. Cukup jauh juga, dan setiba di sana Jeff melepas semua 
pakaiannya dan langsung masuk ke sungai itu. Dia meminta gadis itu mencuci 
pakaiannya, dan gadis itu menurut walaupun agak malu-malu karena melihat Jeff 
berenang telanjang. Jeff sendiri sudah sedikit sinting, entah setan apa yang 
merasuki kepalanya, yang jelas ketika dilihatnya arlojinya menunjukkan pukul 5:00 
sore, langsung dijalankan rencananya. Jeff keluar dari air, mendekati gadis yang 
sedang membersihkan pakaiannya dan berjongkok di sampingnya. Batang kemaluan 
di sela pangkal kaki Jeff sudah bangun dari tidurnya, dan tanpa tembakan 
peringatan Jeff langsung saja merangkul gadis itu sambil berusaha mencium leher 
gadis itu (sebut saja namanya Sali). 
Gadis itu segera berontak karena terkejut, tapi dekapan Jeff lebih kencang dari 
tenaganya. Jeffberhasil mencium leher gadis itu tapi begitu Jeff berusaha lebih gila 
lagi gadis itu mengancam akan berteriak. Jeff takut juga dia digebuki penduduk desa 
itu, karena itu segera ditutupnya mulut gadis itu, dan dia berbisik, "Jangan teriak, 
kalau kau mau melayaniku kuberi lebihdari sekedar lima puluh ribu, mungkin akan 
kuberi seratus ribu lagi, bagaimana?" 
Gadis itu masih diam, tapi begitu Jeff mengeluarkan dua lembar uang Rp. 50.000-an 
yang sedikit basah karena air sungai dan mengipas-ngipaskan di depan muka Sali, 
akhirnya dia mengangguk. Kapan lagi dia bisa mendapat uang Rp 150.000,- dalam 
sehari, begitu pikirnya. Jeff tersenyum senang sambil melepaskan tangannya dari 
mulut gadis itu. Tapi ketika dia berusaha memegang dada Sali, gadis itu berbisik, 
"Jangan di sini, takut ketahuan orang lain." 
Jeff setuju kata-kata gadis itu, karena itu diajaknya gadis itu ke hutan karet milik 
ayahnya. Jeff tahu persis kalau sore-sore begini tidak mungkin ada orang di sana. 
Singkat cerita, mereka sampai di sana, dan tanpa tunggu lama lagi Jeff segera 
membuka bajunya yang basah, juga celananya. Dibentangkannya baju dan 
celananya di tanah, dan diciumnya Sali sekali lagi. Kali ini dia tidak berontak. Jeff 
dengan mudah menyingkirkan pakaian gadis itu, dan terlihat kedua gunung 
kembarnya yang tidak begitu besar tapi lumayan juga untuk ukuran gadis 17 tahun. 
Jeff meremas keduanya sekaligus sambil terus melumat bibir gadis itu. 
Sekitar 2 menit kemudian Jeff berbisik, "Aku nggak butuh patung, layani aku. Jangan 
cuma diam gitu aja!" Jeff lalu mendorong kepala Sali ke bawah, dan menyuruhnya 
sedikit bermain dengan kejantanannya yang sudah hampir mencapai ukuran 
maksimal. Gadis itu bingung, maklum di desa mana ada film "bokep". Jeff menyuruh 
Sali menjilat "jamur ungu"-nya. Sali sedikit ragu-ragu, tapi akhirnya dilakukannya 
juga. 
Ternyata Sali cepat belajar, beberapa menit kemudian Jeff sudah dibuatnya 
keenakan dengan permainannya di selangkaan kakinya. Terpedo itu sudah mencapai 
ukuran maksimal, dan Sali masih terus bermain dengan benda itu, mungkin asyik 
juga dia bermain dengan benda itu. Mulai dari mencium, menjilat dan akhirnya 
mengulumnya sambil menggerakkan kepalanya maju-mundur dan sesekali 
menghisap benda itu. 
Jeff cukup puas dengan permainan itu, dan ketika dilihatnya langit mulai gelap, 
disuruhnya Sali duduk. Jeff meregangkan kaki gadis itu, terlihat bulu-bulu halus 
yang masih sangat jarang di sela-sela pahanya. Jeff menggunakan lidahnya untuk 
membasahi vagina Sali. Sali bergoyang-goyang kegelian, tapi kelihatannya dia 
menimati permainan itu. Sekarang Jeff menggunakan jarinya untuk menggosok 
klitoris Sali yang masih kecil. Sali semakin liar bergoyang-goyang menahan nikmat. 
Desahan mulai keluar dari mulutnya dan vaginanya basah karena lendir yang 
bercampur ludah Jeff. 
Tidak lama kemudian Sali mendesah panjang, dan tubuhnya bergetar hebat. Lendir 
mengalir dari vaginanya yang merah segar. Jeff tahu Sali sudah mencapai puncak, 
dan inilah kesempatannya untuk menusukkan terpedonya ke kemaluan Sali. 
Dibukanya lebih lebar paha Sali, dan diarahkannyakepala kejantanannya ke vagina 
Sali. Sali sendiri masih memejamkan mata menikmati sisa-sisa orgasmenya. Tapi 
tiba-tiba dia menjerit tertahan ketika Jeff memaksa terpedonya masuk ke lubang 
yang sempit itu. Sali kembali menjerit ketika kejantanan Jeff semakin memaksa 
melesak masuk ke dalam. Jeff berusaha keras menembus pertahanan vagina Sali, 
tapi baru setengah dari barangnya yang masuk ke dalam. 
Jeff meremas dada Sali sambil menciumnya. Dia berusaha membuat otot kemaluan 
Sali sedikit mengendur, dan ketika dirasakannya mulai mengendur, disodoknya 
sekuat tenaga kejantanannya ke dalam kemaluan Sali. Kali ini Sali menjerit cukup 
keras, dan terlihat air mata keluar dari balik kelopak matanya yang tertutup 
menahan nyeri. Jeff tidak peduli, sekarang sudah seluruhkejantanannya masuk, dan 
mulai digoyangkannya maju-mundur diiringi jeritan-jeritan kecil Sali. Vagina Sali 
sangat sempir, karena itu belum lama Jeff bermain sudah hampir keluar maninya. 
Jeff mempercepat gerakannya, dan Sali semakin kuat menjerit. Tentu saja vagina 
Sali yang masih 17 tahun itu terlalu kecil untuk kejantanan Jeff yang lumayan besar. 
Belum selesai Jeff bermain, suara Sali tidak terdengar lagi, dia pingsan karena tidak 
kuat menahan nyeri. Jeff sendiri mengetahuinya, tapi dia tidak mau menghentikan 
permainannya, dikocoknya terus kemaluan Sali yang sedikit memar, dan akhirnya 
Jeff mendesah dalam sambil merapatkan tubuhnya ke tubuh mungil Sali. Setelah itu 
Jeff sempat mengocok vagina Sali lagi, dan ketika hampir mencapai puncak kedua 
kalinya Sali bangun dari pingsannya. Dia langsungmenjerit-jerit dan beberapa saat 
kemudian mereka mencapai puncak hampir bersamaan. Jeff terlihat puas dan lelah, 
dan ketika dicabutnya kejantanannya dari vagina Sali, terlihat maninya keluar lagi 
dari kemaluan Sali. Kental berwarna putih kekuningan yang bercampur darah 
keperawanan Sali. 
Jeff mengajak Sali membersihkan diri, dan ketika selesai diberikannya dua lembar 
uang Rp.50.000-an pada Sali. Sali sangat berterima kasih, dan Jeff berpesan agar 
jangan sampai hal itu diketahui orang lain. Sali mengangguk, tapi Jeff segera 
menegur Sali ketika diperhatikannya jalannya sedikit menegang menahan perih di 
kemaluannya. Sali berusaha berjalan normal walaupun dirasakannya sakit di sela 
pahanya. Dia juga takut kalu orang-orang desa tahu kalau dia sudahmenjual 
tubuhnya pada Jeff, tapi tetap saja diambilnya resiko itu demi uang yang memang 
sangat dia butuhkan. 
Dua hari kemudian aku datang menyusul Jeff, dan di sanalah Jeff menceritakan 
kisahnya itu. Aku jadi sedukit terangsang juga mendengar cerita itu, dan rencananya 
aku akan mencobanya juga bila ada waktu, yang jelas hari-hari berikutnya benar-
benar menyenangkan untuk kami bertiga. Aku dan Jeff sama-sama terpuaskan, 
sedangkan Sali sangat senang mendapat ratusan ribu uang walaupun dia harus 
tersiksa hampir setiap dua malam sekali karena aku dan Jeff secara bergilir dua hari 
sekali mencicipi tubuh mungilnya itu. 
Dua minggu kami di sana, dan di hari terakhir aku dan Jeff menidurinya bergantian 
dalam satu malam. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya gadis berumur 17 tahun 
disetubuhi oleh dua laki-laki bergantian dalam satu malam, benar-benar luar biasa. 
Tapi satu hal yang kupuji dari Sali, dari hari-kehari vaginanya tetap saja sempit, dan 
itu yang membuat aku dan Jeff betah menidurinya. Aku juga merencanakan untuk 
mengajak Alf dan Lex teman baikku untuk ikut serta mencicipi kenikmatan itu, tentu 
saja itu akan kuceritakan di cerita lain. Tunggu saja pengalaman kamiberempat 
bersama Sali. 

Tidak ada komentar: