Kamis, 21 Agustus 2008

Sepupuku Bernama Fitri

Dunia semakin bejat. lagu-lagu dipenuhi tema perselingkuhan, televisi dipenuhi adegan-adegan panas, vcd porno dimana-mana, pembunuhan, pemerkosaan, obat bius. pfuuuf. sungguh dunia yang semakin berat untuk dijalani.
Tapi aku tak pernah mengira kalau akhirnya kebejatan itu merambah pada sanak saudaraku. seingatku keluarga besar kami adalah keluarga yang mengajarkan pada anak-anaknya moral yang kuat, walau keluarga kami bukan termasuk keluarga yang mendalami agamanya.
kaget bukan kepalang saat ayang menceritakan salah satu sepupuku yang aku tahu keluarganya super baik-baik, hamil di luar nikah. seperti kekagetan yang sama kepalangnya saat mendengar fitri -ya, nama sepupuku adalah fitri- berkeinginan untuk menggugurkan kandungannya atas desakan pacarnya.sialan, ikut panas telingaku. kalau dekat aku bunuh itu pacarnya. mana terima keluargaku dimainin seenak perutnya. maksudku, dimainin bawah perutnya, seenaknya.
kaget bukan kepalang lagi, saat seminggu kemudian paman -ayahnya fitri- dan keluarga datang kerumah, menitipkan anaknya untuk melepaskan aib untuk sementara. aku tak tahu harus berpendapat apa. andai aku jadi ayahnya aku mungkin malah tak tahu harus berbuat apa.
jadi, akhirnya fitri dititipkan sementara di keluargaku, sambil menunggu proses tuntutan ayahnya fitri ke pacarnya fitri supaya mengawini anaknya. dan juga sambil menunggu proses membesarnya perut fitri tanpa perlu melihatnya dengan langsung. sialan juga paman ini, mau cuci tangan pula.
tapi melihat fitri, yang dulu saat kecil sering berkumpul bersama, bermain bersama, bertemu saat lebaran, liburan sekolah, duduk termangu dengan wajah pasi, rambut kusut, muncul iba yang mendalam dalam diriku. hampir aku menyangkal, tak mungkin dia telah melakukan semua ini. jiwanya terlalu putih. tetapi .. kenyataan berkata sebaliknya.
maka mulai hari itu fitri berada di rumah kami. dia berlaku sangat pendiam. sering duduk sendiri, melamun di balkon atas sambil menerawang langit. terkadang aku ingin sekali menghiburnya, namun aku tak tahu dengan cara apa. paling hanya dengan meminjamkan beberapa cd jazzy yang sangat dia sukai, yang ia dengarkan dengan pikiran menerawang entah kemana.
sore ini kayanya sial nempel banget. gimana enggak, dari jam 3 aku udah mandi, kostum sepakbola juga udah dipakai. eh .. begitu pasang sepatu, hujan deras nggak tanggung-tanggung tumpah dari langit. mana papa tiap senin pasti lembur, banyak masalah di kantor katanya. mama kudu ngajar kuliah malam. plus ujan pasti mereka lebih larut lagi pulangnya, jakarta nggak tanggung-tangung macetnya kalau ujan deras.udah gitu si fitri kata mbak neneng -pembantu kami- sedari pagi ngelamun di balkon atas. kalau ada mama sih biasanya mama yang ngajakin ngobrol, trus ujung-ujungnya bawa fitri turun. diajak makan, dst dst. tapi khan sekarang mama nggak ada. mbak neneng disuruh nggak berani. aku ?? aku nggak tahu kudu ngomong apa. sedari hari pertama jarang banget kami ngomong. canggung. takut keceplosan trus nyinggung perasaanya, dia kan lagi sensitif.
alhasil, nonton tv nggak konsen. pencet sana pencet sini, nggak tahu acaranya apa. tapi dipikir-pikir kasihan juga tuh anak. masih sma sudah harus ngadepin persoalan sebegini beratnya. aku menghela nafas panjang.
akhirnya mau nggak mau aku beranjak juga keatas. kuhampiri fitri yang termangu sendiri. aku mencoba berdiri di sebelahnya. dari ujung mataku terlihat wajahnya yang sedih. sorot mata yang kosong. tangan mungil yang mencengkeram pagar balkon. ibaku jatuh.‘lagi ngapain, fit’, kataku memecah kebisingan, suaraku parau karena memaksa untuk bicara.dia menoleh menatapku sejenak, tersenyum, lalu kembali menatap ke depan. tak ada reaksi lebih.‘hujannya deras loh’, kataku membujuk,áyo masuk’.‘nggak pa pa mas’, lirih jawabnya seperti berbisik.éeh, jangan, dingin kaya gini nanti kamu sakit’, jawabannya membuatku lebih lancar berbicara.lalu aku raih tangannya dan menuntunnya masuk, dia hanya menurut. balkon berada di samping kamar tamu, yang sekarang dipakai fitri. kamarku sendiri ada di lantai yang sama tapi di pojok yang lain, dipisahkan sebuah kamar mandi yang cukup luas.
fitri duduk di pinggir bed sambil menunduk. aku memasang sebuah cd music, aku memilih pop jazzy yang lembut kesukaannya. saat aku menoleh, mata kami bertumbukan. aku tersenyum, dia kembali menunduk.‘kamu suka lagu ini khan?’dia mengangguk dan memandangku dengan senyum yang lamat-lamat. aku menghela nafas lalu duduk didekatnya. kuelus rambutnya saat dia kembali menunduk.‘kamu mikir apa sih?’, bisikku lembut dekat telinganya.dia menggeleng pelahan.’semua sudah terjadi’, kucoba menghiburnya,’kamu harus terus jalan, jangan berhenti’.terdengar nafas beratnya penuh derita.‘kamu mikir dia?’ pancingku supaya dia bicara.terdengar parau kata-kata keluar dari bibirnya yang mungil.áku nggak bisa lagi berpikir mas’, matanya yang bulat indah memerah dan meneteskan air mata. áku nggak bisa lagi berpikir, bahkan aku nggak tahu harus mikir apa’.tiba-tiba tangisnya meledak, serta merta kurengkuh kepala itu kedalam dadaku. fitri memelukku erat, menyembunyikan wajahnya ke dalam dadaku dan tersedu. terasa hangat air mata itu mengalir di permukaan kulitku. ibaku tak tertahankan, hampir aku turut menangis.
setengah jam aku menurutkan tangisnya hingga dia sedikit tenang. namun pelukkannya tak kunjung dilepaskan. kiranya dia memang begitu membutuhkan teman untuk bicara. perlahan aku belai rambutnya yang hitam sebahu, terkadang punggungnya. aku jatuh sayang.’sudahlah fit, percuma diingat terus’, hidungku tersuruk pada rambutnya yang harum,’lalu kukecup sayang dahinya,’lupakanlah semua, kamu harus tegar kembali’, bisikku kemudian.fitri menganggu dalam dekapanku, sementara music lembut terus mengalun, membawa kami ayunan nada-nada yang indah.‘kamu toh masih punya keluarga’, kembali aku menghiburnya,’paman, bibi, aku, kami semua tak akan meninggal kan kamu, fit’.hujan deras di luar menghembskan udara dingin melalui jendela kamar seolah melawan kehangatan pelukan kami. aku mengecup matanya yang basah dengan lama. lalu memandang wajahnya. wjah indah ini seharusnya bukan wajah yang diciptakan untuk menderita.
dia membuka matanya perlahan. dan kami berpandangan. begitu hangat. lalu .. entah siapa yang memulai, wajah kami saling mendekat dan bibir kami saling bertemu.
awalnya kecup kecup kecil. tapi saat matanya kembali terkatup dan mulutnya terbuka, kecupanku menelusuri tiap mili bibir merahnya yang lembut. terasa getar hawa hangat keluar dari rongga mulutnya. lalu kami saling berpagutan. lidah kami bergetar, menyeruak semakin lama semakin dalam. angin dingin dari hujan deras di luar tak lagi terasa.kesadaran kami semakin menurun, dan kami saling menghisap dengan liar. mata mata yang terpejam. deru nafas terengah. dan tangan-tangan yang saling meraba tak terkendali.
lidahku menyapu liar di leher kecil itu. dia menggumam perlahan lalu menjatuhkan dirinya pasrah diatas spring bed. aku hilang kesadaran. tak terlihat apapun di diriku selain tubuh mungil yang tergolek pasrah di depanku. kuterkam tubuhnya tanpa ampun. kuremas buah dada yang mungil indah itu. dia hanya mengeliat dan mendesah.
dan aku membuas tak tertahan lagi. aku meremasnya. berputar. mengoleskan cairan hangat ludahku ke seantero tubuhnya. melucutinya. mengecup pusarnya. menggigit putingnya. membuka seluruh pakaianku. menggesekkan penisku ke pahanya. mendekapnya erat. menghisap vaginanya.
tubuhnya lemas seperti tiada lagi tenaga. dia memekik. mencengkeram rambutku. dia mengulum telingaku. menggesekkan pahanya ke pinggulku. memeluk dadaku. mengecup puting. menjepit pingganggu dengan kakinya. menggigit pundakku. baginya semua adalah hitam kecuali tubuh kekarku yang akan menyetubuhinya.
kami berpelukan dengan erat. saling menggesekkan tubuh kami dengan penuh nafsu. bertukar ludah dengan kecupan hangat yang liar. saling menekan alat vital kami yang panas. nafas kami begitu memburu.
tak ada teriakan keras selain desah berat terengah-engah. tangan yang menggapai-gapai. meremas. bah dadanya lebut berada di wajahku. penisku yang keras menekan pahanya. kami bergulingan di atas spring bed meninggalkan noda keringat yang hangat.
dan saat penisku mulai mengarah ke vaginanya. dia membuka pahanya lebar, pinggulnya sedikit diangkat memudahkan diriku melakukan penetrasi. kulihat matanya menikmati saat-saat penetrasi itu dengn sorot mata sayu. dia menghela nafas pendek lalu terpejam menikmati ayunnan pantatku. muutnya terbuka indah mengeluarkan nafas-nafas pendek yang berat. aku terus bergoyang. tangannya menggapai pahaku dan mencengkeramnya erat.
aku menjatuhkan diri memeluknya. tak kuasa menahan diri kulumat bibirnya. goyanganku semakit cepat. kakinya menjepit pingganggku seolah tak ingin terlepas lagi. dia merintih. kepalanya menggeleng tak terkontrol.
kami begulingan. kini kubiarkan dia menari diatasku. bergaya seperti wanita perkasa dia mengoyangkan pinggulnya dengan deras. penisku hilang hingga ke pangkalnya. terasa panas kecupan dan sapuan lidahnya didadaku. aku menikmatinya sambil membelai rambut indah diatas dadaku.
hingga saat itu datang, panas bertalu-talu merambat dari pangkal penisku. berdenyut melawan jepitan vaginanya yang keras dan panas. kami berpelukan. saling tahu bahwa kami hapir sampai. gesekan di tubuh kami semakin cepat. cengkeraman tangan kami semakin keras. nafas-nafas yang memburu panas jatuh di wajah. sesaat kami saling berpandangan, lalu terpejam. aliran cairan panas yang deras dari tubuhku berpindah ke dalam tubuhnya. pelukan kami semakin erat seolah ingin menyatukan tubuh kami. nafas kami terhenti. sesaat. demi sesaat. kami nikmati dan tak ingin terlewat satu detikpun.
nafas memburu berubah menjadi engah kelelahan. bibir kami berpagutan. masih dalam ketidaksadaran. fit, aku sayang kamu, bisikku dalam hati. tubuhnya panas. aku ingin terus memilikinya.

Tidak ada komentar: