Senin, 25 Agustus 2008

TEMAN CHATTINGKU

Sebelumnya, kuperkenalkan diriku dulu. Namaku Yeni. Aku lahir dan dibesarkan di 
kota Bandung. Usiaku 33 tahun, aku bekerja di sebuah bank swasta di Jalan Asia 
Afrika, Bandung. Saat ini aku hidup sendiri. Aku pernah menikah, kurang lebih 
selama empat tahun. Pernikahanku tidak dikaruniai anak. Aku bercerai, karena 
  suamiku berselingkuh dengan rekan bisnisnya.
Untuk mengusir kejenuhan dalam kesendirianku selama kurang lebih satu tahun 
setengah, aku selalu menghibur diriku dengan membaca. Kadang aku chatting, akan 
tetapi aku tidak berharaf untuk bertemu dengan teman chatting-ku. Aku masih 
  trauma akibat perlakuan suamiku terhadapku.
Aku kenal beberapa orang teman chatting yang asyik untuk diajak bercanda ataupun 
berdiskusi, salah satunya adalah Ferdy. Dia anak kuliahan, semester akhir di 
perguruan tinggi swasta di Bandung. Ferdy merupakan teman chatting-ku yang 
  pertama kali yang pernah bertemu denganku.
Pada awal perkenalannya aku kurang respek terhadapnya, karena email-nya saja 
menyeramkan, dapat pembaca bayangkan, cari_ce_maniax@***.** (edited). Tapi 
entah angin apa yang membuatku penasaran untuk bertemu dengannya, padahal 
aku baru sekali chatting dengannya. Cerita selanjutnya adalah pertemuan pertamaku 
  dengan Ferdy yang berakhir ke sebuah hotel di sekitar jalan Setiabudi.
Hari itu, Sabtu tanggal 16 Juni 2001, aku berjanji untuk bertemu dengan Ferdy di 
sebuah cafe di belakang BIP pukul 16.00. Aku sengaja datang lebih awal sekitar 
pukul 15.45, dan memilih tempat yang agak ke pojok agar aku dapat melihat dia 
terlebih dahulu. Aku memesan minuman, dan mataku tertuju terus ke arah pintu 
  masuk cafe.
Sambil menunggu Ferdy datang, aku memperhatikan orang di sekelilingku. Aku 
merasa risih sekali, karena ada anak muda (usianya sekita 25 tahunan) yang duduk 
sendirian di meja sebelahku memperhatikan terus sejak pertama aku masuk cafe. 
Tapi aku cuek saja. Tepat pukul 16.00, anak muda itu menghampiri diriku dan 
  memperkenalkan dirinya. Namanya Ferdy.
Aku kaget sekali, karena tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa Ferdy itu 
masih muda. Dia masih sangat muda, padahal ketika chatting, dia mengaku berusia 
35 tahun. Dan tentunya juga, selama aku berkomunikasi melalui telepon, suara 
Ferdy kelihatan seperti seorang bapak-bapak dan sangat dewasa sekali. Aku sangat 
grogi. Untuk menghilangkan rasa grogi, kupersilakan Ferdy duduk dan memesankan 
  minuman.
"Maaf Bu Yeni, saya berbohong kepada Ibu. Saya mengaku berusia 35 tahun, 
padahal usia saya tidak setua itu. Tentunya juga, saya mohon maaf tidak memakai 
pakaian yang saya janjikan. Saya harus panggil siapa nih? Ibu atau Mbak atau Tante 
atau siapa ya?""Yeni saja deh, biar lebih akrab," jawabku.Selanjutnya Ferdy 
bercerita, kenapa dia berbohong usia, juga aktifitasnya sehari-hari, begitu juga aku 
menceritakan aktifitasku dan kehidupan sehari-hariku. Aku tidak menyangka dari 
cara dia berkomunikasi sangat dewasa dan banyak dibumbui dengan kata-kata 
  humor, sehingga aku dibuat terpingkal-pingkal olehnya.
Tidak terasa, waktu bergulir dengan cepat. Sekitar pukul 5 sore, Ferdy mengajak 
nonton bioskop di BIP. Aku tidak sungkan-sungkan, langsung mengiyakan saja. 
Sepulang nonton sekitar jam 7 malam, aku mengantarkan Ferdy pulang dengan 
Baleno-ku ke daerah Cihampelas. Ditengah perjalanan Ferdy mengajakku main ke 
  Ciater. Aku sih tidak masalah, karena di rumah pun aku hanya tinggal sendirian.
Di daerah Lembang kami beristirahat dulu dan bercengkrama sambil menghabiskan 
minuman dan jagung bakar. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.30 
malam. Akhirnya niat ke Ciater kubatalkan saja. Aku mengajak Ferdy pulang saja. 
  Dia pun mengiyakannya.
Sepanjang perjalanan pulang ke Bandung, Ferdy mulai agak-agak nakal. Sambil 
bercerita, dia sudah berani mengelus-elus tanganku ketika aku sedang 
memindahkan perseneling. Pada awalnya kutepis, tapi bandel juga ini anak. Dia 
tidak pernah kapok, walau kutepis berkali-kali. Karena bosan dan tidak ada hasilnya 
  kalau kularang, maka kubiarkan dia mengelus-elus tanganku.
Aku akui, elusannya itu membuat hatiku berdebar lebih cepat dari biasanya. Bahkan 
semakin lama elusannya semakin ganas, dan sudah mulai berani mengelus pahaku. 
Kubiarkan saja, dan aku tetap konsentrasi menyetir mobil. Entah karena suasana 
yang mendukung, karena kami hanya berdua-duaan, ataukah karena kesepianku 
selama ini, karena sudah lama tidak dielus laki-laki. Aku membiarkan tangannya 
beraksi lebih jauh. Aku mulai merinding, dan darahku serasa panas menjalar seluruh 
  tubuhku. Semakin lama, Aku semakin menikmati elusan tangannya.
Sekarang Ferdy sudah sangat berani! Dia sudah berani memegang payudaraku. Aku 
mulai terangsang. Aku sudah tidak kuat lagi merasakan elusan tangannya. Akhirnya 
mobil kupinggirkan. Aku tanyakan Ferdy, kenapa dia berani memperlakukanku 
seperti itu, padahal dalam hati aku pun menginginkannya. Dia minta maaf, tapi 
tangannya tetap tidak mau lepas dari payudaraku. Aku tak kuasa menahan 
rangsangannya. Akhirnya kubalas elusan tangannya dengan sebuah ciuman di 
keningnya. Aku tidak menyangka dia menarik tubuhku, dan menciumi bibirku. Dia 
  melumat bibirku, sampai-sampai aku sulit untuk bernafas.
Dia mulai berani menyelusupkan tangannya di kaos ketat unguku. Aku biarkan saja. 
Sungguh permainan yang indah, mulutku sudah tersumpal oleh lidah Ferdy, dan 
tangannya pun begitu terampil mengelus-elus payudaraku. Bahkan putingku pun 
  sudah dia elus.Aku melenguh, "Sh.. ah.. sh.. ah... sh.. ah..."
Tangan kirinya mulai turun ke arah pangkal pahaku. Aku geli sehingga menggerinjal. 
Tangannya mulai membuka reseletingku perlahan-lahan. Detik demi detik kurasakan 
tangannya mulai mengelus kemaluanku. Aku semakin keras mengeluarkan suara. 
Dan akhirnya aku kaget, ketika ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi dari arah 
berlawanan, menyorotkan sinar lampunya. Konsentrasiku buyar. Aku lalu 
membereskan reseletingku dan kaos ketat unguku. Begitu juga Ferdy. Akhirnya 
permainan yang berlangsung sekitar setengah jam itu harus berakhir karena sorotan 
  lampu mobil yang lewat tadi. Di sekitar selangkanganku terasa basah.
"Yeni, maafin Ferdy ya. Telah berlaku kurang ajar sama Yeni." 
"Nggak apa-apa koq Fer. Tapi saya bingung, kenapa koq kamu berani berbuat 
seperti itu kepada saya. Padahal kamu kan 8 tahun lebih muda dari saya.""Nggak 
tahu deh, Yen. Mungkin saya mulai menyukaimu sejak pertemuan kita di Cafe." 
"Gombal ah..." kataku agak manja."Aku geli banget lho, waktu kamu elus tadi. 
Mungkin karena aku baru merasakan lagi sentuhan pria, ya Fer. Kalau boleh aku 
jujur, baru kali ini, ada cowok yang menyentuh aku lho Fer. Sejak perceraian aku 
dengan suami satu setengah tahun yang lalu." 
"Sudahlah Yen, jangan ngomongin perceraian, nanti kamu sedih. Mendingan kita 
  melanjutkan perjalanan deh..."
Aku melanjutkan perjalanan dengan berbagai gejolak perasaan dan kenikmatan yang 
baru aku raih bersama Ferdy. Sambil aku menyetir mobil, Ferdy tidak lupa mengelus 
pahaku juga payudaraku."Yen, bagaimana kalau kita berhenti dulu di hotel. Biar kita 
bisa lebih tenang melakukannya."Aku bingung, antara mengiyakan dan tidak. Jujur 
saja, aku ingin merasakan lebih jauh lagi dari elusan lembutnya itu. Tapi aku ragu 
  dan malu. Akhirnya kuputuskan, mengiyakan ajakkannya.
Sesampainya di kamar Hotel "S" di sekitar Setiabudi, Ferdy tidak memberikan 
kesempatan untukku beristirahat. Dia langsung memelukku dan melumat bibirku. 
Aku gelapan dan tidak kuasa menolaknya ketika Ferdy mulai mebuka kaos ketat 
unguku dan membuka celana panjangku. Aku disuruhnya duduk di atas meja. 
Dengan elusan tangannya, Ferdy telah membuka bra-ku yang berukuran 36B dan 
celana dalamku. Dia semakin beringas, bagaikan macan kelaparan. Ferdy mulai 
menciumi lubang kewanitaanku."Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. teru..s Fer.. Ah.. Enaa..k 
ah.. uh shhh.. shhh.. uh.."Rasanya tidak terlukiskan, badanku menggeliat-geliat 
bagai ulat kepanasan. Lidah Ferdy merojok-rojok vaginaku dan menjilat klitorisku 
  yang sebesar kacang kedelai.
Lalu kubuka kemeja dan celana jeansnya Ferdy. Kaget! Ternyata "barang"-nya Ferdy 
sudah keluar melewati celana dalamnya. Kelihatan ujungnya memerah. Aku takut, 
  apakah lubang kewanitaanku muat untuk "barang"-nya Ferdy.
Sudah terasa satu jari dimasukkan ke dalam lubang kewanitaanku. Dikeluar-
masukkannya jari itu dan diputar-putar. Digoyang ke kanan dan kiri. Satu jari 
dimasukkannya lagi. Terasa sakit, tapi nikmat. Mungkin masih penasaran, Ferdy 
memasukkan jarinya yang ketiga. Dikeluar-masukkan, digoyang kiri kanan. Nikmat 
sekali. Sedangkan tangan kirinya membantu membuka lubang kewanitaanku untuk 
mempermudah memasukkan jari-jari kanannya."Ah.. uh.. ah.. sh.. uhhh.. shhh.. 
terus Fer... aduh.. nggak kuat Fer... Aku mau keluar nih.."Akhirnya aku basah. Aku 
  tersenyum puas.
"Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong Yen..." Ferdy memohon kepadaku."Iya 
Fer, tapi punyamu panjang, muat nggak ya..?" jawabku."Coba saja dulu, Yen. Nanti 
juga terbiasa.""Auh... aw... jangan didorong dong Fer, malah masuk ke 
  tenggorokkanku, pelan-pelan saja ya. Punyamu kan panjang."
Sekitar lima belas menit kemudian serangan Ferdy semakin menjadi-jadi."Ah.. uh.. 
oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. uh.. ah.. uh.." 
 
Kuhisap semakin kuat dan kuat, Ferdy pun semakin keras erangannya. Ferdy mulai 
ingat, tangannya bekerja lagi mengelus vaginaku yang mulai mengering, basah 
kembali. Mulutku masih penuh kemaluan Ferdy dengan gerakan keluar masuk 
  seperti penyanyi karaoke.
"Sudah dulu Yen, aku nggak tahan.., masukkin saja ke punyamu ya..?" pinta 
Ferdy.Aku hanya menganggukkan kepala saja, sambil berharaf-harap cemas apakah 
punyaku muat atau tidak dimasuki kepunyaannya Ferdi. Kedua kakiku diangkat ke 
pundak kiri dan kanannya, sehingga posisiku mengangkang. Dia dapat melihat 
  dengan jelas kemaluanku yang kecil namun kelihatan gemuk seperti bakpau.
Kulihat dia mengelus kemaluannya, dan menyenggol-nyenggolkan pada kemaluanku, 
aku kegelian. Dibukanya kemaluanku dengan tangan kirinya, dan tangan kanan 
menuntun kemaluannya yang besar dan panjang menuju lubang kewanitaanku. 
Didorongnya perlahan, "Sreett..," dia melihatku sambil tersenyum dan dicobanya 
sekali lagi. Mulai kurasakan ujung kemaluan Ferdy masuk perlahan. Aku mulai geli, 
tetapi agak sakit sedikit. Mungkin karena lubang kewanitaanku tidak pernah lagi 
dimasuki kemaluan laki-laki. Ferdy melihat aku meringis menahan sakit, dia berhenti 
dan bertanya."Sakit ya..?"Aku tidak menjawab, hanya kupejamkan mataku ingin 
  cepat merasakan kemaluan besarnya itu.
Digoyangnya perlahan dan, "Bleess.." digenjotnya kuat pantatnya ke depan hingga 
aku menjerit, "Aaauuu..." 
 
Kutahan pantat Ferdy untuk tidak bergerak. Rupanya dia mengerti kemaluanku agak 
sakit, dan dia juga ikut diam sesaat. Kurasakan kemaluan Ferdy berdenyut dan aku 
tidak mau ketinggalan. Aku berusaha mengejang, sehingga kemaluan Ferdy merasa 
kupijit-pijit. Selang beberapa saat, kemaluanku rupanya sudah dapat menerima 
semua kemaluan Ferdy dengan baik dan mulai berair, sehingga ini memudahkan 
Ferdy untuk bergerak. Aku mulai basah dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela 
pahaku. Perlahan Ferdy menggerakkan pantatnya ke belakang dan ke depan. Aku 
mulai kegelian dan nikmat. Kubantu Ferdy dengan ikut menggerakkan pantatku 
  berputar.
"Aduuhhh.., Yeni..," erang Ferdy menahan laju perputaran pantatku.Rupanya dia 
juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat 
agar tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku 
menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya dengan cara bergerak berputar 
lagi, tapi dia semakin kuat memegangnya. Kulakukan lagi gerakan berulang dan 
kurasakan telur kemaluan Ferdy menatap pantatku licin dan geli. Rupanya Ferdy 
termasuk kuat juga, berkali-kali kemaluannya mengocek kemaluanku masih tetap 
  saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin meradang.
Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat, kulihat 
hasilnya Ferdy mulai kewalahan, dia terpengaruh iramaku yang semakin lancar. 
Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia semakin tidak bergerak berputar 
lagi, tapi dia semakin kuat memegangnya. Kuturunkan kakiku menggamit 
pinggangnya, dia semakin tidak leluasa untuk bergerak, sehingga aku dapat 
mengaturnya. Aku merasakan sudah 4 (empat) kali kemaluanku mengeluarkan 
  cairan untuk membasahi kemaluan Ferdy, tetapi Ferdy belum keluar juga.
Kupegang batang kemaluan Ferdy yang keluar masuk liang kewanitaanku, ternyata 
masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang senggamaku.Aku pun terus 
mengerang keasyikan, "Auh.. auh.. terus Fer.. auh... Ena..k Fer... Ugh... ah... lebih 
cepat lagi Fer... ugh.. ah... ssshhh... uh.. oh.. uh.. ash... ssshhh..""Kecepek.., 
kecepek.., kecepek..," bunyi kemaluanku saat kemaluan Ferdy mengucek habis di 
dalamnya. 
 
  Aku kegelian hebat, "Yeni.. aku mau keluar, Tahan ya..," pintanya menyerah.
Tanpa membuang waktu, kutarik kemaluanku dari kemaluannya, kugenggam dan 
dengan lincah kumasukkan bonggol kemaluan tersebut ke dalam mulutku, kukocok 
sambil kuhisap kuat-kuat, kuhisap lagi dan dengan cepat mulutku maju mundur 
untuk mencoba merangsang agar air maninya cepat keluar. Mulutku mulai payah 
tapi air mani yang kuharapkan tidak juga keluar. Kutarik kemaluan dari mulutku, 
Ferdy tersenyum dan sekarang telentang. Tanpa menunggu komando, kupegang 
kemaluannya, kutuntun ke lubangku dengan aku mendudukinya. Aku bergerak naik 
turun, dan dia memegang susuku dengan erat. Tidak lama kemudian ditariknya 
  tubuhku melekat di dadanya, dan aku juga terasa panas.
"Sreeet.., sreett.., sreett..," kurasakan ada semburan hangat bersamaan dengan 
keluarnya pelicin di kemaluanku, dia memelukku erat demikian pula aku.Kakinya 
dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat seolah tidak dapat lepas. Dia tersenyum 
puas."Yeni.., aku baru merasakan kemaluan seorang wanita. Kamu adalah wanita 
pertama yang merenggut bujanganku. Aku selama ini paling banter hanya 
melakukan peting saja. Sungguh luar biasa, enak gila, kepunyaanmu memijit 
punyaku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Yen..""Aahhh kamu bohong, masa 
seusiamu baru pertama kali melakukan kayak beginian," manjaku.Dia hanya 
  tersenyum dan kembali mengulum bibirku kuat-kuat.
"Sumpah, Yen..! Apakah kamu masih akan memberikannya lagi untukku..?" 
tanyanya."Pasti..! Tapi ada syaratnya..," jawabku. 
"Apa dong syaratnya, Yen..?" tanyanya penasaran."Gampang saja, asal kamu bisa 
kuat seperti tadi. Atau nanti saya kasih pil untuk kamu ya, biar lebih kuat 
lagi..!""Oke deh.. Mandi bareng yuk, Yen.." ajaknya.Dan kami pun mandi bersama, 
dan sekali lagi Ferdy memberikan kepuasan yang selama ini tidak kudapatkan 
  selama kurang lebih satu setengah tahun.
Aku bersiap-siap pulang. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Aku 
langsung check out menuju Cihampelas mengantarkan Ferdy pulang. Mobil keluar 
hotel dengan berjalan perlahan.Sepanjang perjalanan aku berfikir, "Kok bisa-bisanya 
aku mmberikan sesuatu hal yang aku jaga selama ini, padahal Ferdy baru pertama 
kali bertemu denganku. Sekaligus juga aku membayangkan kapan lagi aku dapat 
  memperoleh kepuasan dari Ferdy."
Kini tangan Ferdy menempel pada pahaku, dan tanganku menempel di celananya. 
Sesekali Ferdy menyandarkan wajahnya ke dadaku dan jari nakal Ferdy mulai 
beraksi dengan manja. Kurasakan gumpalan daging kemaluan Ferdy mulai mengeras 
lagi, dia tersenyum melihatku. Akhirnya tidak terasa aku sudah sampai di 
Cihampelas, dan menurunkan Ferdy. Selanjutnya aku pulang ke rumahku di sekitar 
  Sukarno-Hatta.
Terakhir, khusus bagi Anda WANITA (>>>KHUSUS WANITA<<<) yang sebaya 
ataupun senasib dengan saya (saya janda, berusia 33 tahun), sudi kiranya Anda 
membagikan tips-nya untuk saya, agar saya dapat membahagiakan dan memuaskan 
Ferdy lebih lama.., dan la..ma lagi. Karena saya sepertinya mulai menyukai dia, dan 
tidak mau melepaskan dia. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas 
  perhatiannya. Silakan Anda (>>>KHUSUS WANITA<<<) kontak saya. Terima kasih.

Tidak ada komentar: